![]() |
[Foto] Soekarno Membacakan Teks Proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur no 56. Bersumber dari Wikipedia Commons |
Dari peristiwa bersejarah proklamasi kemerdekaan melambangkan harapan, perjuangan, dan pengorbanan yang tak terhingga nilainya.
Kemerdekaan bukan sekadar sebuah tanggal dalam sejarah, melainkan sebuah jiwa yang mengalir dalam setiap aspek kehidupan dan tatanan masyarakat. Kini, Kemerdekaan tidak hanya berarti pembebasan fisik dari penjajahan, tetapi juga pembebasan pikiran, jiwa, dan hati dari belenggu-belenggu yang membatasi.
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, berawal dari kabar bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu setelah Kota Hiroshima dan Nagasaki dibom tepat pada 15 Agustus, dua hari sebelumnya.
Para pejuang golongan muda yang mendengar kabar tersebut dari Radio BBC kemudian mulai mendesak Sukarno dan Hatta agar memanfaatkan momentum sesegera mungkin untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Hal ini memunculkan perdebatan antara golongan muda dan golongan tua lantaran belum ada pernyataan resmi dari pihak Jepang. Oleh sebab itu, golongan tua meminta agar menunggu hingga tanggal 24 Agustus 1945.
Pada akhirnya, pada 15 Agustus 1945 di bawah koordinasi Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, maka Sukarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, dengan harapan kemerdekaan dapat dipercepat. Dan pada akhirnya, Sukarno dan Hatta dapat kembali bersama Ahmad Soebardjo dengan jaminan proklamasi akan dilakukan esok harinya.
Naskah teks proklamasi kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik. Dia dibersamai oleh BM Diah. Setelah selesai, naskah ditandatangani oleh Sukarno.
Beberapa jam kemudian pada 17 Agustus pukul 10.00 WIB, naskah proklamasi dibacakan di rumah Sukarno Jalan Pegangsaan Timur nomor 56. Kabar mengenai proklamasi pun disebarluaskan. (Iml / Alw)