![]() |
Sumber: Direktorat Sekolah Menengah Pertama |
Pada 1914, gerakan kepanduan tersebut akhirnya terpisah dari NPO dan berdiri sendiri dengan nama Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) alias Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda.
Saat itu, gerakan kepanduan tersebut berisi orang-orang keturunan Belanda saja sehingga tak ada masyarakat Indonesia yang ikut dalam gerakan tersebut.
Namun, seiring berjalannya waktu, muncul lah ide untuk menyatukan berbagai organisasi. Inspirasi ini berasal dari dua tokoh penting, Presiden Soekarno dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang memiliki visi untuk menggabungkan ragam gerakan kepanduan ke dalam satu organisasi yang lebih besar.
Gagasan ini mencapai puncaknya saat Presiden Soekarno mengunjungi Perkemahan Besar Persatuan Kepanduan Putri Indonesia di Desa Semanggi di Desa Semanggi, Ciputat, Tangerang pada Oktober 1959.
Setelah itu, Presiden Soekarno menunjuk Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prijono, Azis Saleh, Achmadi, dan Muljadi Djojo Martono sebagai panitia untuk mempersiapkan organisasi ini.
Perjuangan untuk menyatukan berbagai gerakan kepanduan menghasilkan Gerakan Pramuka yang diresmikan pada 9 Maret 1961,Momen penting ini kini diperingati sebagai Hari Tunas Gerakan Pramuka.
Pada 20 Juli 1961, para wakil organisasi kepanduan di Indonesia mengeluarkan pernyataan untuk meleburkan diri ke Gerakan Pramuka di Istana Olahraga Senayan.
Barulah pada 14 Agustus 1961, Gerakan Pramuka diperkenalkan secara resmi kepada masyarakat setelah Presiden Soekarno menganugerahkan Panji Gerakan Pramuka dengan Kappres Nomor 448 Tahun 1961dalam upacara di Istana Negara.
Perlu diketahui, Lambang Pramuka berupa Tunas Kelapa yang kita ketahui saat ini di sahkan dalam Kappres Nomor 238 Tahun 1961. (Lai / Alw)